Category Archives: cerita gw

Siapa Bilang ini Wasir?

Standar

Terpisah jauh dari keseharian aktivitas yang biasa kita lakukan tentunya akan membuat rindu yang tak terkira. Apalagi ketika itu terpaut jauh, beda suasana, beda negeri. Jalan satu-satunya pengobat hati ya bercerita dan berdiskusi. Tapi kadang kala kesibukan tak sama, sehingga jarang bersua dengan sesama. Itu semua tak masalah. Toh, masih ada laman ini. Laman yang selalu setia menemani. Hanya si empunya yang kadang terlalu malas untuk singgah.

Hari ini saya ingin berbagi cerita tentang sebuah nama penyakit. Namanya wasir atau ambeyen, yang dalam istilah kedokteran disebut hemorrhoid. Mengapa saya ingin bercerita tentang wasir? Ya, karena tak banyak mereka yang pernah mengalami sakit di organ intim mau bercerita. Karena memang menurut sebagian orang, adanya penyakit di organ intim menandakan orang itu tak bersih. Tak 100% benar. Tapi itu juga yang saya pikir sebelumnya, hingga saya mendapati sebuah penyakit, yang sama, saya kira ini wasir. Tak ada maksud saya ingin membanggakan aib ini, saya hanya berbagi pengalaman yang pernah saya alami, sehingga setidaknya ada sedikit tambahan referensi bagi mereka yang butuh, tentang apa yang disebut wasir. Siapa yang bilang? Read the rest of this entry

Menangisi Negeri

Standar

Untuk kali kesekian saya hampir melupakan laman ini. Kadang saya berpikir apa mungkin saya sudah malas berbagi lewat tulisan? Tapi sepertinya tidak juga. Atau mungkin karena berbagi pesan lewat facebook dan twitter lebih mudah? Hmm. Mungkin. Bisa jadi. Tersebab kisah yang coba saya bagikan tampaknya cenderung “lebih mudah” untuk dishare lewat media sosial ketimbang harus bercapek-capek menulis panjang, yang mungkin, tak banyak orang yang suka membaca panjang (atau mungkin saya mulai tak suka menulis panjang :)).

Yep. Apapun penyebabnya, setidaknya saya tak melupakan laman ini. Laman yang sengaja dibuatkan untuk saya agar bisa berbagi kisah. Kisah yang semoga menjadi pelajaran buat diri saya supaya menjadi lebih baik dan syukur-syukur ada manfaat buat orang lain. Tak ada rasa bahagia di diri, ketika tahu bahwa apa yang saya lakukan tak memberi manfaat kepada orang lain. Bukankah sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia yang lain? Read the rest of this entry

Tafakuri Alam Lewat Momiji

Standar

Cuaca pada pagi itu sangat cerah dibanding beberapa waktu yang lalu. Namun, rasa dingin cukup menusuk, walau sebenarnya musim dingin belum bermula. Di depan sebuah stasiun telah berkumpul kerumunan massa yang kelihatan “aneh” dibanding keramaian orang di stasiun tersebut. Mereka adalah masyarakat muslim Indonesia di Jepang yang kebanyakan mahasiswa. Menjelang pukul 10, orang-orang yang dianggap “aneh” itu semakin banyak jumlahnya. Sekitar 60 an orang telah terkumpul di Stasiun Takaosanguchi.

Dok: Pribadi

Dok: Pribadi

Read the rest of this entry

Surat Untuk Emak

Standar

Mak, saya tahu emak hanya lulusan SD yang tak paham dengan teknologi. Walau begitu izinkan saya menulis surat ini mak. Saya rasa hanya ini cara satu-satunya saya ingin bercerita padamu mak. Saya tahu mak suka cerita, itu pula yang mak turunkan ke saya. Izinkan saya bercerita mak tentang gugupnya saya saat ini ketika engkau telah tiada mak.

Suhu di luar jendela kamar ini bisa saya prediksi minus belasan. Sudah tentu dingin mak. Tapi saya dinginmu tak terukur kini yang kau rasakan, di sanalah saya ingin memegang tanganmu agar terasa hangat. Saya berusaha untuk bangun mak ketika mendapat kabar kepergianmu. Tapi ternyata infomasi itu benar-benar nyata mak. Padahal mak, senja tadi (sekitar jam 3 sore di Pekanbaru) saya sedang membayangkan wajahmu yang sedang mengenakan jaket yang akan saya beli sebagaimana janji yang pernah saya utarakan kepadamu jauh sebelum keberangkatan ke sini. Begitu juga ekspresi ketika menerima tas yang saya belikan di sini. Ya, saya rasa emak pasti akan senang. Saya teringat perkataan mak di telepon dulu sebelum saya berangkat, “jangan ragu-ragu mau berangkat. Berangkat saja, insyaallah mak akan masih sehat sampai nanti pulang,” Ah begitu tenangnya hati saya mak, ketika engkau bilang itu. Saya rasa, optimisme mu masih belum hilang mak walau sudah 20 tahun engkau tak kuat berjalan.

Read the rest of this entry

Jepang, Oh Jepang (Jilid 1)

Standar

Alangkah terkejutnya saya ketika pertama kali membuka email saat akan kembali menuju Pekanbaru sepulang dari mudik lebaran di kampung halaman di Sumatera Barat. Paper yang saya kirimkan ternyata lolos. Tidak tanggung-tanggung, kali ini Call of Paper dari Kyoto, Jepang. Hmm, saya pun terbayang Jepang malam itu di bawah langit Padang. Tapi setelah dipikir-pikir saya pun mengurungkan niat untuk berangkat. Pasalnya, saya sudah tidak lagi mahasiswa, mana mau kampus membantu. Saya pun mendiamkan cukup lama, padahal acaranya sangat mepet. Saya mendapatkan email notification of acceptance dari panitia pada 4 September, sementara acaranya pada 8-10 Oktober. Sebenarnya harga tiket yang melambung hingga 9 juta juga menjadi alasan utama kenapa saya melepaskan angan-angan ke negeri “penjajah” itu.

Waktu pun berjalan, seiring waktu berjalan, walau kemungkinan besar kesempatan ini akan saya sia-sia kan, tapi keinginan pergi itu tetap ada. Lalu pun saya iseng-iseng mengurus visa. Dari awal saya berniat, ketika visa tidak bisa diurus, artinya saya memang tidak diizinkan untuk pergi. Namun, ternyata urusan ini dimudahkan, terlebih lagi saya memiliki sobat yang sangat baik mengurus visa saya di Medan. Terimakasih Irwan. V^^. Dalam tempo 3 hari, visa saya selesai. Padahal saya mendengar kabar jika pengurusan visa ke Jepang cukup sulit. Akhirnya melalui pertolongan Allah pun saya bisa hadir dalam acara Sustain 2011 Sustainable for Human Security di Uji Kampus Kyoto University.

transit menuju Malaysia

transit menuju Malaysia

Read the rest of this entry